^_^ --- Selamat Memasuki Blognya Kang Soerya --- Jangan Lupa Postkan Komentar --- Semoga Bermanfaat --- ^_^

Senin, 09 Mei 2011

MOL Pendongkrak Hasil

Keberhasilan petani padi organik sistem SRI di Desa Embawang, Kec. Tanjungagung, Muaraenim, Sumatera Selatan, tidak lepas dari penggunaan Mikroorganisme Lokal (MOL) yang berperan sebagai bioaktivator. Tanaman padi tumbuh subur, banyak anakan malai panjang, dan bulir bernas sehingga produksi membumbung, 6,8-8 ton/Ha gabah kering giling. Padahal, sebelum dengan cara tanam konvensionalhanya dipanen 4 ton gabah kering giling/Ha.

Para petani di kawasan tambang batubara itu menggunakan MOL yang dibuat sendiri dengan memanfaatkan bahan-bahan baku di sekitar permukiman. Sebut saja daun gamal, rebung bambu, bonggol dan batang pisang, buah maja, buah pisang, cengkir, keong mas, serta nasi. "Mikroorganisme lokal lebih efektif karena jelas-jelas sudah beradaptasi dengan lingkungan setempat", kata Ir. Wahyudi, pendamping pelaksanaan penerapan padi organik dari PT. Medco E&P.

Menurut Wahyudi, bahan dasar pembuatan MOL itu dipilih karena kaya mikroorganisme yang bermanfaat bagi tanaman, juga mengandung hormon pertumbuhan seperti Auksin dan Giberelin. Cara membuat MOL pada dasarnya sama. Yang membedakan, jumlah bahan tambahan dan lama fermentasi. Misalnya MOL gedebog pisang dibuat dengan mencacah batang hingga seukuran keripik singkong. Setiap 1 kg gedebog pisang dimasukkan dalam 3 liter air cucian beras. Tambahkan pula 2 liter air kelapa dan 2% gula putih setara 20 g. Larutan difermentasi pada kondisi anaerob dalam stoples selama 2 minggu.

Ketika akan diaplikasikan , setiap liter MOL diencerkan terlebih dulu dengan 14 liter air. Semprotkan MOL ke bagian tanaman dan tanah di sekitar tanaman. Setiap hektar lahan padi membutuhkan 10 liter MOL per penyemprotan. Frekuensi penyemprotan dilakukan 10 hari sekali dan MOL boleh dicampur satu sama lain karena tidak menimbulkan efek samping. Hanya MOL yang mempunyai efek khusus yang diberikan ecara tunggal. Misalnya MOL buah-buahan yang bersifat inhibitor untuk menghentikan pertumbuhan anakan saat padi berumur 60 hari setelah tanam.

Conto lain adalah MOL cengkir/mumbang yang diaplikasikan setelah padi berisi karena berperan untuk membernaskan bulir-bulir padi. Sedangkan MOL nasi untuk memperkaya ragam mikroorganisme, disemprotkan pada awal-awal penanaman atau pada saat pengomposan. MOL nasi diperkaya dengan mikroorganisme dari daun bambu. "Daun bambu yang sulit terurai memiliki banyak jenis mikroorganisme", imbuh alumnus Jurusan Teknologi Pangan Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran itu.

Ambil sekepal nasi, lalu letakkan di dalam kardus yang sudah dilapisi lembaran-lembaran daun bambu. Biarkan selama 10 hari sampai nasi menjadi lembek. Selanjutnya nasi yang mengandung banyak jenis mikroorganisme itu dilarutkan dalam 5 liter air cucian beras dan fermentasikan selama 5 hari. Penyemprotan MOL nasi cukup sekali dalam 1 periode tanam. Bila masih ada stok, MOL lainnya bisa disimpan dalam suhu ruang dengan kondisi anaerob di dalam stoples....

Sumber: Trubus, Edisi 497 April 2011/XLII

Tidak ada komentar:

Posting Komentar